DAMAI ITU DUA PULUH RIBU
KERANGKA
|
ISI
|
Abstraksi
|
Pada suatu hari, ada seorang pemuda yang mengendarai motor
terburu-buru berangkat ke kantor tempat ia bekerja. Dia sudah sangat telat
dari waktu yang telah dijadwalkan.
|
Orientasi
|
Tak disangka, jalan yang dilewatinya sedang berlangsung razia
kendaraan bermotor oleh beberapa PoLanTas (Pocong jaLanan nyari isi Tas) yang
sudah siap dengan seragam gagahnya.
|
Krisis
|
Dengan tenang si pemuda di
dekati PoLanTas, PoLanTas tersenyum dan menanyakan kepada si pemuda sadar
tidaknya dia. Karena dia hanya memakai pakaian yang tidak wajar. Si pemuda
kaget, akibat dari terburu-buru dia hanya memakai apa yang dia temukan
ternyata dia lupa memakai celana, dan hanya memakai kolor, kaos kaki, dan
sendal jepit. Tanpa mempedulikan itu PoLanTas menanyakan SIM dan STNK kepada
si pemuda, si pemuda mengaku bahwa ia tidak membawa SIM dan STNK-nya ,
akhirnya ia kena razia.
|
Reaksi
|
Pemuda mencari alasan, dan memohon, serta memberi uang dua puluh
ribu kepada PoLanTas tersebut. Namun,
PoLanTas bertanya kepada si pemuda mengapa ia menawarkan uang
20.000. Si pemuda menjawab bahwa damai
itu dua puluh ribu, karena sebelumnya ia melihat orang lain yang kena tilang
memberikan uang dua puluh ribu dan mereka pun aman damai. Lalu PoLanTas
menerima uang dari si pemuda.
|
Koda
|
Si pemuda pun merasakan damai dengan uang 20.000. Si pemuda
lekas pergi dengan tenang meninggalkan PoLanTas.
|
NARASI
DAMAI ITU DUA PULUH RIBU
Pada
suatu hari, ada seorang pemuda yang baru terbangun dari tidurnya. Ketika
melihat jam yang sudah menunjukan pukul 09.00 WIB, si pemuda langsung terkaget
karena jadwal masuk kerjanya dimulai pukul 08.30 WIB. Tidak ingin kehilangan
pekerjaannya, si pemuda segera ke kamar mandi dan hanya memakai apa saja yang
ia temukan di sekitar tempat tidurnya. Lalu, berangkatlah si pemuda mengendarai
sepeda motornya dengan terburu-buru.
Di sepanjang jalan si pemuda hanya
memikirkan bagaimana ia bisa sampai ke kantornya dengan cepat, si pemuda pun
menambah kecepatan motornya. Sialnya, si pemuda melewati jalan yang sedang di
adakan razia kendaraan bermotor oleh beberapa PoLanTas.
Ketika ia ditanya oleh PoLanTas
tentang helm si pemuda panik, ternyata ia tidak memakai helm. PoLanTas bertanya
lagi tentang SIM, si pemuda tambah panik melihat apa yang ia kenakan. Akibat
dari terburu-buru ternyata dia lupa memakai celana apalagi membawa SIM dan dia
hanya memakai kolor, kemeja, kaos kaki, dan sandal jepit. Akhirnya ia kena
tilang.
PoLanTas mengeluarkan surat tilang,
dan bertanya kepada si pemuda,”Siapa nama Anda?”. Dengan perasaaan campur
antara panik, kesal, dan menyesal si pemuda menjawab,”Pak tolong Pak, saya
sedang terburu-buru”. PoLanTas tak menjawab. “Ayolah Pak, kita damai saja ya.
Ini ada sedikit uang” mohon si pemuda sambil memberikan uang 20.000. PoLanTas
marah,”Apa-apaan ini? Anda mau nyogok saya?”. Si pemuda terus memohon dan
sampai pada perkataan,”Ayolah pak, yang lain juga 20.000. Damai itu 20.000,
kan?”. PoLanTas menjawab sambil mengawasi alam sekitar,”Ya sudah, damai saja,
saya sudah lelah mendengar permohonan Anda”. Dengan senang si pemuda
menjawab,”Terima kasih pak”. PoLanTas,”yoo, hati-hati ya”. Si pemuda pun
meneruskan perjalanannya tanpa peduli dengan apa yang ia kenakan tadi.
Dan ternyata itu semua hanya sebuah
khayalan si pemuda ketika mau berangkat ke kantor tempat ia bekerja.
NASKAH
DRAMA
DAMAI ITU DUA PULUH RIBU
Pada suatu hari, ada seorang pemuda sebut saja Oden yang
baru terbangun dari tidurnya. Ketika melihat jam yang sudah menunjukan pukul
09.00 WIB, si pemuda langsung terkakejut.
Oden : “Heuu...” (sambil terbangun dari
tidurnya)
(Lalu menengok jam dan
terkejut),”Hah jam sembilan? waduh saya terlambat lagi nih”.
(Segera
Oden ke kamar mandi, dan dengan cepat dia memakai apa yang ia temukan di
sekitar tempat tidurnya).
“cepat,
cepat, cepat...” (saat mengambil kunci motor kesayangannya).
“bremm... bremm...” (suara motor
dinyalakan). Oden pun berangkat dengan kecepatan tinggi.
Oden :
“ayo naruto, cepat !” (bicara kepada motornya).
Tak lama setelah itu, Oden melihat
beberapa PoLanTas yang sedang melakukan razia kendaraan sepeda motor. Dengan
spontan Oden memberhentikan motornya.
Oden : “Euh ada razia? Sial banget nih
hari. Mau balik lagi, tapi kan... nanggung jalan Cuma satu arah.” (gerutu
dihatinya)
(Oden pun kembali menjalankan motornya),”brem...”
Oden mengantri, dan memperhatikan orang yang
dirazia didepannya. Terlihat orang yang sedang ditanyai PoLanTas memberikan
sejumlah uang, lalu PoLanTas menerimanya dan mempersilahkan orang tadi pergi. Oden
tak mempedulikannya, dan berniat untuk menerobos.
Oden : “Ah saya terobos aja dah, lama”
(sambil bersiap-siap menerobos)
PoLanTas : “Mau
kemana, Pak?” (sambil menarik baju Oden dengan wajah menakutkan)
Oden : “Eh Bapak, ini Pak mau
nerobos...” (keceplosan).
“maksudnya mau ke kamar mandi, Pak.
Hehe...” (lanjut Oden, malu)
PoLanTas : “Sebentar dulu, sini!” (sambil menarik Oden)
Oden : “Iya, Pak”
PoLanTas : “Selamat pagi, Apa Anda merasa ada yang
kurang?” (sambil tersenyum)
Oden :
“Perasaan saya atribut saya lengkap, Pak” (tanpa melihat apa yang dikenakannya)
PoLanTas : “Coba
lihat dulu apa yang Anda kenakan?” (tersenyum)
Oden :”Waduh”
(saat menyentuh kepala yang ternyata tak memakai helm).
“Waduh
duh” (kaget melihat kaki yang dibalut kaos kaki tapi memakai sandal).
“Waduh duh
duh” (kaget, ternyata dia tak memakai celana)
“Maaf,
Pak. Tadi saya buru-buru, saya terlambat bangun jadi saya memakai apa yang saya
temukan saja tanpa menyadarinya” (tersenyum, berusaha mencari alasan, dan
menjelaskan)
PoLanTas : “Saya
tidak menerima alasan apapun” (Raut wajah berubah)
Oden :
“Tolonglah, pak. Nih buktinya, saya juga lupa pakai celana” (sambil melihat ke
bagian itu)
PoLanTas : “Anda
bawa SIM tidak?” (tanpa mempedulikan alasan Oden)
Oden :
“Hayo tebak, menurut Bapak saya bawa SIM atau tidak?”
PoLanTas : “Pasti
tidak”
Oden :
“Horeee..., sebentar Pak” (mencari sesuatu di kemeja yang dikenakannya)
“Mana
yah?” (membuka bagasi motornya)
PoLanTas : “Anda
sedang cari apa?” (tanya PoLanTas, heran)
Oden :
“Nyari hadiah untuk Bapak karena sudah menebak dengan benar”
“Nah ini
hadiah buat Bapak” (memberikan uang Rp. 20.000)
PoLanTas :
“Apa-apaan ini, kamu mau nyogok saya dengan uang... segini?” (marah)
Oden :
“Ayolah ,Pak. Damai saja” (memohon)
PoLanTas :
“Oooh... tidak bisa” (mengeluarkan surat tilang)
Oden :
“Please, ngertiin aku dong Pak” (masih memohon)
PoLanTas :
“Hmm...” (berpikir)
Tiba-tiba
datang penjual batu akik, dan menawarkan batu akik kepada PoLanTas.
Tukang batu akik :
“Pak, batu pak?”
PoLanTas : “Iya batu, emang kenapa?” (heran)
Tukang Batu Akik :
“mau beli?”
PoLanTas : “Tidak”
Tukang Batu Akik :
“Ya udah kalo gak mau beli mah” (sambil pergi)
Namun Tukang Batu Akik kembali lagi,
dan menawarkan ke Reza.
Tukang Batu Akik:
“Pak mau?”
Oden : “nggak”
Tukang Batu Akik :
“Yeeeehhh” (pergi dengan kecewa)
Oden :
“Gimana nih Pak?” (melanjutkan percakapan dengan PoLanTas, melihat uang yang
iya pegang)
(Lalu pas melihat PoLanTas....)
Oden :
“Hah...” (kaget)
(Ternyata
tiba-tiba PoLanTas itu menjadi Pocong yang membawa tas)
PoLanTas : “Oke
lah kalau begitu” (mengambil uang Oden)
Oden : “Damai?” (heran, dan menahan
ketakutan)
PoLanTas : ”Iah,
damai. Silahkan jalan, hati-hati “
(mempersilahkan pergi, dan memasukan uangnya ke tas)
Oden :
“Iah, Pak” (Dengan segera Oden menjalankan motornya)
“Ternyata
damai itu Rp. 20.000 yah...” (Gerutunya)
Oden pun segera pergi meninggalkan
PoLanTas.
ULASAN CERITA
Anekdot ini ditujukan untuk menyindir Oknum Polisi,
khususnya PoLanTas. PoLanTas kami barukan kepanjangannya menjadi ‘Pocong jaLAnan
Nyari Isi Tas’. Itu sebabnya, waktu PoLanTas menerima sogokan dari si pelanggar
lalu lintas berubah menjadi pocong. Kami memberi perumpamaan kepribadian buruk
Oknum PoLanTas karena beberapa sebab berikut:
·
Pocong adalah sosok
yang menakutkan dan menyeramkan begitu pun dengan Polisi pada pandangan orang
kebanyakan
·
Pocong tidak
kehabisan akal, walau dia tak bisa berjalan karena seluruh tubuhnya terbungkus
kapas tapi dia tetap saja mencoba bergerak dengan cara melompat, ini
mencerminkan sikap egois polantas yang sudah tau bahwa dirinya dilapisi hukum
dan terikat aturan namun tetap saja berupaya untuk melanggar hukum tersebut
demi keuntungan sendiri.
·
Warna putih
melambangkan kesucian hukum namun menjadi jelek karena yang menegakkan tidak
menjaga kesuciaannya.
·
Polisi menjadi pocong
dimaksudkan bahwa ketika polisi menerima sogoka itu adalah perbuatan syetan.
By Crew:
-
Oden
-
Saepul
Hidayat
-
Yusni
Muhammad N
-
Reza
Reziana
-
Deden
Rustandi
-
Kiki
Rizkiansyah N
0 komentar:
Posting Komentar