Follow Me

FB: Oden Ahmed Al-Fatih IG: arimakouden BBM: 5d77cc1c

Sabtu, 02 Mei 2015

Teks Anekdot



DAMAI ITU DUA PULUH RIBU
 

KERANGKA
ISI
Abstraksi
Pada suatu hari, ada seorang pemuda yang mengendarai motor terburu-buru berangkat ke kantor tempat ia bekerja. Dia sudah sangat telat dari waktu yang telah dijadwalkan.
Orientasi
Tak disangka, jalan yang dilewatinya sedang berlangsung razia kendaraan bermotor oleh beberapa PoLanTas (Pocong jaLanan nyari isi Tas) yang sudah siap dengan seragam gagahnya.
Krisis
Dengan tenang si pemuda di dekati PoLanTas, PoLanTas tersenyum dan menanyakan kepada si pemuda sadar tidaknya dia. Karena dia hanya memakai pakaian yang tidak wajar. Si pemuda kaget, akibat dari terburu-buru dia hanya memakai apa yang dia temukan ternyata dia lupa memakai celana, dan hanya memakai kolor, kaos kaki, dan sendal jepit. Tanpa mempedulikan itu PoLanTas menanyakan SIM dan STNK kepada si pemuda, si pemuda mengaku bahwa ia tidak membawa SIM dan STNK-nya , akhirnya ia kena razia.
Reaksi
Pemuda mencari alasan, dan memohon, serta memberi uang dua puluh ribu kepada PoLanTas tersebut. Namun,
PoLanTas bertanya kepada si pemuda mengapa ia menawarkan uang 20.000.  Si pemuda menjawab bahwa damai itu dua puluh ribu, karena sebelumnya ia melihat orang lain yang kena tilang memberikan uang dua puluh ribu dan mereka pun aman damai. Lalu PoLanTas menerima uang dari si pemuda.
Koda
Si pemuda pun merasakan damai dengan uang 20.000. Si pemuda lekas pergi dengan tenang meninggalkan PoLanTas.










































NARASI
DAMAI ITU DUA PULUH RIBU
            Pada suatu hari, ada seorang pemuda yang baru terbangun dari tidurnya. Ketika melihat jam yang sudah menunjukan pukul 09.00 WIB, si pemuda langsung terkaget karena jadwal masuk kerjanya dimulai pukul 08.30 WIB. Tidak ingin kehilangan pekerjaannya, si pemuda segera ke kamar mandi dan hanya memakai apa saja yang ia temukan di sekitar tempat tidurnya. Lalu, berangkatlah si pemuda mengendarai sepeda motornya dengan terburu-buru.
            Di sepanjang jalan si pemuda hanya memikirkan bagaimana ia bisa sampai ke kantornya dengan cepat, si pemuda pun menambah kecepatan motornya. Sialnya, si pemuda melewati jalan yang sedang di adakan razia kendaraan bermotor oleh beberapa PoLanTas.
            Ketika ia ditanya oleh PoLanTas tentang helm si pemuda panik, ternyata ia tidak memakai helm. PoLanTas bertanya lagi tentang SIM, si pemuda tambah panik melihat apa yang ia kenakan. Akibat dari terburu-buru ternyata dia lupa memakai celana apalagi membawa SIM dan dia hanya memakai kolor, kemeja, kaos kaki, dan sandal jepit. Akhirnya ia kena tilang.
            PoLanTas mengeluarkan surat tilang, dan bertanya kepada si pemuda,”Siapa nama Anda?”. Dengan perasaaan campur antara panik, kesal, dan menyesal si pemuda menjawab,”Pak tolong Pak, saya sedang terburu-buru”. PoLanTas tak menjawab. “Ayolah Pak, kita damai saja ya. Ini ada sedikit uang” mohon si pemuda sambil memberikan uang 20.000. PoLanTas marah,”Apa-apaan ini? Anda mau nyogok saya?”. Si pemuda terus memohon dan sampai pada perkataan,”Ayolah pak, yang lain juga 20.000. Damai itu 20.000, kan?”. PoLanTas menjawab sambil mengawasi alam sekitar,”Ya sudah, damai saja, saya sudah lelah mendengar permohonan Anda”. Dengan senang si pemuda menjawab,”Terima kasih pak”. PoLanTas,”yoo, hati-hati ya”. Si pemuda pun meneruskan perjalanannya tanpa peduli dengan apa yang ia kenakan tadi.
            Dan ternyata itu semua hanya sebuah khayalan si pemuda ketika mau berangkat ke kantor tempat ia bekerja.
           
           

NASKAH DRAMA
DAMAI ITU DUA PULUH RIBU
            Pada suatu hari, ada seorang pemuda sebut saja Oden yang baru terbangun dari tidurnya. Ketika melihat jam yang sudah menunjukan pukul 09.00 WIB, si pemuda langsung terkakejut.
Oden              : “Heuu...” (sambil terbangun dari tidurnya)
            (Lalu menengok jam dan terkejut),”Hah jam sembilan? waduh saya terlambat lagi nih”.
(Segera Oden ke kamar mandi, dan dengan cepat dia memakai apa yang ia temukan di sekitar tempat tidurnya).
“cepat, cepat, cepat...” (saat mengambil kunci motor kesayangannya).
            “bremm... bremm...” (suara motor dinyalakan). Oden pun berangkat dengan kecepatan tinggi.
Oden             : “ayo naruto, cepat !” (bicara kepada motornya).
            Tak lama setelah itu, Oden melihat beberapa PoLanTas yang sedang melakukan razia kendaraan sepeda motor. Dengan spontan Oden memberhentikan motornya.
Oden              : “Euh ada razia? Sial banget nih hari. Mau balik lagi, tapi kan... nanggung jalan Cuma satu arah.” (gerutu dihatinya)
            (Oden            pun kembali menjalankan motornya),”brem...”
Oden  mengantri, dan memperhatikan orang yang dirazia didepannya. Terlihat orang yang sedang ditanyai PoLanTas memberikan sejumlah uang, lalu PoLanTas menerimanya dan mempersilahkan orang tadi pergi. Oden tak mempedulikannya, dan berniat untuk menerobos.
Oden              : “Ah saya terobos aja dah, lama” (sambil bersiap-siap menerobos)
PoLanTas      : “Mau kemana, Pak?” (sambil menarik baju Oden dengan wajah menakutkan)
Oden              : “Eh Bapak, ini Pak mau nerobos...” (keceplosan).
            “maksudnya mau ke kamar mandi, Pak. Hehe...” (lanjut Oden, malu)
PoLanTas      : “Sebentar dulu, sini!” (sambil menarik Oden)
Oden              : “Iya, Pak”
PoLanTas      : “Selamat pagi, Apa Anda merasa ada yang kurang?” (sambil tersenyum)
Oden              : “Perasaan saya atribut saya lengkap, Pak” (tanpa melihat apa yang dikenakannya)
PoLanTas      : “Coba lihat dulu apa yang Anda kenakan?” (tersenyum)
Oden              :”Waduh” (saat menyentuh kepala yang ternyata tak memakai helm).
            “Waduh duh” (kaget melihat kaki yang dibalut kaos kaki tapi memakai sandal).
            “Waduh duh duh” (kaget, ternyata dia tak memakai celana)
            “Maaf, Pak. Tadi saya buru-buru, saya terlambat bangun jadi saya memakai apa yang saya temukan saja tanpa menyadarinya” (tersenyum, berusaha mencari alasan, dan menjelaskan)
PoLanTas      : “Saya tidak menerima alasan apapun” (Raut wajah berubah)
Oden              : “Tolonglah, pak. Nih buktinya, saya juga lupa pakai celana” (sambil melihat ke bagian itu)
PoLanTas      : “Anda bawa SIM tidak?” (tanpa mempedulikan alasan Oden)
Oden              : “Hayo tebak, menurut Bapak saya bawa SIM atau tidak?”
PoLanTas      : “Pasti tidak”
Oden              : “Horeee..., sebentar Pak” (mencari sesuatu di kemeja yang dikenakannya)
            “Mana yah?” (membuka bagasi motornya)
PoLanTas      : “Anda sedang cari apa?” (tanya PoLanTas, heran)
Oden              : “Nyari hadiah untuk Bapak karena sudah menebak dengan benar”
            “Nah ini hadiah buat Bapak” (memberikan uang Rp. 20.000)
PoLanTas      : “Apa-apaan ini, kamu mau nyogok saya dengan uang... segini?” (marah)
Oden              : “Ayolah ,Pak. Damai saja” (memohon)
PoLanTas      : “Oooh... tidak bisa” (mengeluarkan surat tilang)
Oden              : “Please, ngertiin aku dong Pak” (masih memohon)
PoLanTas      : “Hmm...” (berpikir)
Tiba-tiba datang penjual batu akik, dan menawarkan batu akik kepada PoLanTas.
Tukang batu akik : “Pak, batu pak?”
PoLanTas      : “Iya batu, emang kenapa?” (heran)
Tukang Batu Akik : “mau beli?”
PoLanTas      : “Tidak”
Tukang Batu Akik : “Ya udah kalo gak mau beli mah” (sambil pergi)
            Namun Tukang Batu Akik kembali lagi, dan menawarkan ke Reza.
Tukang Batu Akik: “Pak mau?”
Oden              : “nggak”
Tukang Batu Akik : “Yeeeehhh” (pergi dengan kecewa)
Oden              : “Gimana nih Pak?” (melanjutkan percakapan dengan PoLanTas, melihat uang yang iya pegang)
(Lalu pas melihat PoLanTas....)
Oden              : “Hah...” (kaget)
            (Ternyata tiba-tiba PoLanTas itu menjadi Pocong yang membawa tas)
PoLanTas      : “Oke lah kalau begitu” (mengambil uang Oden)
Oden              : “Damai?” (heran, dan menahan ketakutan)
PoLanTas      : ”Iah, damai. Silahkan jalan, hati-hati “   (mempersilahkan pergi, dan memasukan uangnya ke tas)
Oden              : “Iah, Pak” (Dengan segera Oden menjalankan motornya)
            “Ternyata damai itu Rp. 20.000 yah...” (Gerutunya)
            Oden pun segera pergi meninggalkan PoLanTas.


ULASAN CERITA
Anekdot ini ditujukan untuk menyindir Oknum Polisi, khususnya PoLanTas. PoLanTas kami barukan kepanjangannya menjadi ‘Pocong jaLAnan Nyari Isi Tas’. Itu sebabnya, waktu PoLanTas menerima sogokan dari si pelanggar lalu lintas berubah menjadi pocong. Kami memberi perumpamaan kepribadian buruk Oknum PoLanTas karena beberapa sebab berikut:
·        Pocong adalah sosok yang menakutkan dan menyeramkan begitu pun dengan Polisi pada pandangan orang kebanyakan
·        Pocong tidak kehabisan akal, walau dia tak bisa berjalan karena seluruh tubuhnya terbungkus kapas tapi dia tetap saja mencoba bergerak dengan cara melompat, ini mencerminkan sikap egois polantas yang sudah tau bahwa dirinya dilapisi hukum dan terikat aturan namun tetap saja berupaya untuk melanggar hukum tersebut demi keuntungan sendiri.
·        Warna putih melambangkan kesucian hukum namun menjadi jelek karena yang menegakkan tidak menjaga kesuciaannya.
·        Polisi menjadi pocong dimaksudkan bahwa ketika polisi menerima sogoka itu adalah perbuatan syetan.

By Crew:
-         Oden
-         Saepul Hidayat
-         Yusni Muhammad N
-         Reza Reziana
-         Deden Rustandi
-         Kiki Rizkiansyah N
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Nama saya Oden, itulah nama saya.

Oden

Followers

Blogger templates